BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Remaja berasal dari kata
latin adolesence yang berarti tumbuh
atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence
mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional
sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang
jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa
atau tua. Masa remaja adalah masa yang indah. Banyak hal yang terjadi pada masa
transisi remaja dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja menjadi tolok
ukur yang begitu signifikan karena pada masa ini remaja masih labil dan mudah
terpengaruh oleh suatu hal tertentu. Pada masa ini pula bisa terjadi hal-hal
positif maupun negatif dari perbuataan remaja.
Remaja
akan mengenal sebuah gaya hidup pada kalangan atau komunitas mereka. Pengertian
gaya hidup
menurut KBBI adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia di dalam
masyarakat. Gaya hidup menunjukkan bagaimana orang mengatur kehidupan
pribadinya, kehidupan masyarakat, perilaku di depan umum dan upaya membedakan
statusnya dari orang lain melalui lambang-lambang sosial. Gaya hidup atau life style dapat diartikan juga sebagai
segala sesuatu yang memiliki karakteristik, kekhususan dan tata cara dalam
kehidupan suatu masyarakat tertentu. Gaya hidup sudah menjadi konsumsi remaja
yang wajar pada zaman sekarang ini. Salah satu gaya hidup yang lagi menjadi
tren di kalangan remaja adalah pacaran. Walgito (1978: 8-9) berpendapat bahwa
remaja di dalam kehidupannya selain membutuhkan keperluan yang bersifat
materiil, mereka juga membutuhkan keperluan yang bersifat psikologis. Pacaran
merupakan salah satu keperluan yang bersifat psikologis.
DeGenova
& Rice (2005) mengatakan bahwa definisi pacaran adalah menjalankan suatu
hubungan dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktifitas bersama
agar dapat saling mengenal satu sama lain. Gaya hidup berpacaran di kalangan
remaja pada zaman sekarang begitu berbeda dengan zaman dahulu. Gaya pacaran
remaja sekarang lebih banyak menonjolkan sisi negatif
atau tidak sehat. Dari sedikit pemikiran diatas, maka kami selaku peneliti akan
mengangkat fenomena gaya hidup
pacaran remaja untuk dijadikan sebagai bahan penelitan. Sehingga judul yang
akan kami kaji adalah Sejarah Perkembangan Gaya Pacaran Remaja di kabupaten
Ponorogo pada tahun 2007-2012.
B. RUMUSAN MASALAH
Sebagaimana latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Faktor apa saja
yang menyebabkan gaya pacaran remaja di kabupaten Ponorogo menjadi tidak sehat
atau lebih menonjol sisi negatifnya?
2.
Bagaimana
perubahan gaya pacaran remaja di kabupaten Ponorogo pada tahun 2007-2012?
C. TUJUAN
PENELITIAN
1.
Mendeskripsikan
faktor-faktor yang menyebabkan gaya pacaran remaja di kabupaten Ponorogo
menjadi tidak sehat atau lebih bersifat negatif.
2.
Mendeskripsikan
perubahan gaya pacaran remaja di kabupaten Ponorogo pada tahun 2007-2012.
D. MANFAAT
PENELITIAN
1.
Bagi Peneliti
Mendapatkan pemahaman yang lebih
dalam tentang fenomena perubahan gaya pacaran remaja di Kabupaten Ponorogo.
2. Bagi
Pembaca
Dengan penelitian ini, peneliti
berharap akan memberikan wawasan yang lebih kepada pembaca tentang fenomena
perubahan gaya pacaran remaja di kabupaten Ponorogo.
E. METODE PENELITIAN
Dalam
penelitian tersebut peneliti menerapkan metode penelitian yaitu pertama yang
dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian tersebut adalah menentukan topik
permasalahan yang akan diteliti, kemudian berusaha merumuskan masalah yang
ditemukan di lapangan dan menyusun sebuah rencana penelitian dan tujuan
penelitian serta manfaat yang bisa diambil dari penelitian tersebut.
Selanjutnya peneliti mengumpulkan
data yang relevan, data yang dikumpulkan berupa data dari buku dan sumber lisan
melalui sebuah wawancara. Melakukan verifikasi terhadap data-data yang telah
berhasil dikumpulkan dalam hal ini peneliti melakukan kritik ekstern dan kritik
intern untuk menguji kebenaran fakta yang telah diperoleh dari berbagai sumber.
Hal terakhir yang dilakukan peneliti
adalah menganalisis data-data atau fakta-fakta dalam hal ini peneliti menginterpretasikan
fakta yang berhasil diperoleh serta mengaitkan dan menyatukan fakta-fakta dan
mempertemukan tesis dengan tesis lain, atau tesis berhadapan dengan anti
sintesis tahap ini disebut tahap sintesis. Kemudian peneliti menentukan pilihan
historiografi dalam tahap ini peneliti menyajikan hasil laporan penelitian dari
awal hingga akhir ke dalam bentuk tulisan. Dengan memperhatikan aspek
kronologis, periodesasi, serialisasi, dan kausalitas serta aspek holistik
(menyeluruh).
BAB II
PEMBAHASAN
A. FAKTOR PENYEBAB
PERUBAHAN GAYA PACARAN REMAJA
Menurut
DeGenova & Rice (2005) pacaran adalah menjalankan suatu hubungan dimana dua
orang bertemu dan melakukan serangkaian aktifitas bersama agar dapat saling
mengenal satu sama lain. Sungguh bukan suatu hal tabu apabila kita berbicara
dunia remaja tanpa ada yang menyinggung soal pacaran. Remaja dan pacaran
merupakan suatu hal yang tidak bisa kita pisahkan dalam sebuah realitas
kehidupan remaja. Status pacaran merupakan sebuah gelar yang ingin dimiliki
setiap remaja pada umumnya ketika mereka mulai masuk ke dunia transisi antara
masa anak-anak ke masa dewasa. Semua orang pasti pernah menjalani masa remaja.
Masa
remaja merupakan sebuah masa yang begitu signifikan dalam perkembangan
pertumbuhan individu yang melalui kehidupan. Dalam masa remaja, begitu banyak
pengaruh yang menghampiri, baik itu pengaruh dari dalam diri kita sendiri
(internal) maupun pengaruh dari luar (eksternal). Pada masa ini pula
perkembangan psikis, fisik dan sosial terjadi begitu cepat. Masa remaja
merupakan masa pubertas. Perkembangan juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Proses
pacaran dikenal oleh remaja pada masa ini. Pacaran merupakan sebuah gaya hidup
yang disadur dari kebudayaan barat oleh para remaja. Menurut remaja, apabila
mereka sudah menjalin hubungan khusus dengan seseorang (pacaran), itu adalah
tanda bahwa mereka sudah masuk ke dalam dunia remaja. Di dunia remaja, apabila
belum pernah sama sekali pacaran, mereka akan merasa dikucilkan oleh
teman-teman sebayanya, dianggap aneh dan dicap tidak gaul. Pandangan seperti
itu merupakan pandangan yang dangkal dan tidak bermutu. Sebenarnya pacaran di
kalangan remaja adalah sebuah upaya untuk menunjukkan identitas diri seseorang
kepada orang lain bahwa dirinya sudah menuju ke arah dewasa.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi gaya pacaran yang bersifat negatif antara lain adalah sebuah
pandangan yang keliru. Banyak remaja yang berfikiran bahwa apabila
sudah terjadi ikatan antar lawan jenis (pacaran), maka apa yang ada di dalam
diri lawan jenis adalah miliknya dan apa yang ada di dalam dirinya adalah milik
lawan jenisnya. Bisa dikatan dengan kata-kata “dirimu adalah diriku, diriku
adalah dirimu”. Di dalam peribahasa itu seakan-akan ada tuntutan dalam sebuah
ikatan yang terselubung. Berbeda dengan konsep pacaran dari masa dulu (tahun
2007-2009), masa dulu memiliki konsep bahwa apabila pasangan senang, ia akan
ikut senang. Tidak ada tuntutan seperti konsep pacaran remaja zaman sekarang.
Tuntutan-tuntutan
dalam sebuah ikatan (pacaran) yang berlebihan,
akan menyebabkan gaya pacaran yang tidak sehat. Seperti tuntutan
berduaan di tempat sepi, pegangan tangan, ciuman di kening, ciuman di pipi,
ciuman di bibir, ciuman di leher dengan tuntutan rasa sayang dari pasangan.
Apabila pasangan tidak mau menuruti tuntutan tersebut, maka pasangan akan marah
dan menganggap pasangannya tidak sayang kepada dirinya. Hal-hal tersebut sangat
merugikan pasangan, terutama pasangan dari pihak perempuan. Tuntutan yang tidak
bermoral, pacaran yang seperti itu adalah pacaran yang hanya mengutamakan nafsu
dengan alasan sayang tanpa memikirkan konsekwensi dari hal yang dilakukan
terhadap pasangannya. Pacaran jangan diartikan hanya sebagai wadah untuk mengeksplorasi nafsu, pacaran tidak
untuk kontak fisik (Eko, Jum’at 16 November 2012). Pemikiran remaja kita
sungguh dangkal dalam definisi dan maksud dari pacaran itu sendiri.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah
gaya atau mode pakaian yang digunakan. Remaja putri zaman sekarang (tahun
2009-2012) sudah benar-benar terpengaruh kebudayaan dari luar. Mereka suka
memakai pakaian (tanktop, hotpen, bokser,
kaos “you can see/lengan pendek”, celana pensil, kaos transparan dan lain
sebagainya) yang mengundang nafsu birahi laki-laki. Pihak perempuan sendiri
yang membuat laki-laki berfikiran macam-macam terhadap dirinya, karena mereka
(perempuan) menggunakan busana yang minim. Remaja putri mengenakan busana
seperti itu karena menurut mereka itu lagi menjadi tren dan mereka ingin
dianggap gaul dan dicap modern oleh orang-orang yang melihat mereka.
Film
porno yang beredar di kalangan remaja juga menjadi faktor yang mengubah cara
pandang mereka dalam berhubungan dengan lawan jenis (pacaran). Dalam benak
mereka ingin meniru adegan mesum dalam film porno dengan pasangan mereka (Eko,
Jum’at 16 November 2012). Mereka hanya menuruti nafsu dan tidak mempunyai
pikiran akan konsekwensi yang ditimbulkan dari perbuatan tersebut.
Menjamurnya warnet-warnet dan
kafe-kafe juga merupakan faktor yang begitu signifikan perannya dalam gaya
pacaran remaja pada zaman sekarang. Sekat pada bilik di warnet (warung
internet) begitu tinggi dan di kafe lampunya redup sehingga ada kesempatan
untuk pacaran dan berbuat mesum di sana. Gaya pacaran di warnet dan di kafe
mungkin sedang menjadi tren di kalangan remaja (Eko, Jum’at 16 November 2012).
Kurangnya pendidikan agama terhadap
diri remaja bisa menimbulkan dampak pacaran yang mengacu ke sisi negatif.
Remaja yang kurang pendidikan agama lebih cenderung berpacaran tidak sehat
daripada remaja yang memiliki bekal agama yang cukup.
Pengaruh teman juga menjadi salah
satu faktor penyebab pacaran yang berdampak buruk di dalam kalangan remaja. Walgito
(1978: 17-18) berpendapat bahwa kelompok teman sebaya (peer group) kadang menjadi sebuah ancaman dalam kehidupan remaja,
sebab teman yang tidak baik cenderung ingin melihat temannya sama dengan
dirinya. Misal, apabila temannya belum punya pacar, maka ia akan berusaha
membujuk temannya untuk berpacaran dan melakukan hal-hal seperti yang dia
alami. Teman seperti itu kelihatannya membantu tetapi kenyataannya
menjeremuskan. Apabila remaja tidak mampu menyikapi hal tersebut maka ia juga
akan terjerumus ke dalam fenomena pacaran yang tidak sehat.
B. PERUBAHAN GAYA
PACARAN REMAJA
Gaya pacaran remaja pada tahun 2007-2009 begitu berbeda dengan
remaja yang berpacaran di tahun 2010-2012. Perubahan tersebut begitu mencolok
di dalam kalangan remaja apabila kita mampu melihat lebih dalam
perubahan-perubahan itu. Perubahan gaya pacaran di kalangan remaja dipengaruhi
oleh banyak faktor, antara lain faktor pandangan remaja terhadap pacaran,
busana/pakaian, film porno/bokep, menjamurnya warnet (warung internet) dan kafe
serta pengaruh dari teman.
Pada tahun 2007-2009, gaya pacaran remaja masih biasa-biasa saja,
santun dan tidak aneh-aneh. Pada dasarnya pada kurun waktu tersebut gaya
pacaran remaja masih tergolong baik dan belum terlihat gejala perubahan konsep
pacaran yang begitu mencolok. Pada tahun 2007 sampai 2009, pacaran diartikan
sederhana. Konsepnya hanya sebatas suka, nyaman, perhatian dan tidak terlalu
banyak tuntutan. Bahasa lugasnya apabila pasangan senang, dia juga ikut senang.
Belum terlihat adanya kontak fisik secara nyata dan budaya asing tidak terlalu
berpengaruh pada kurun waktu tersebut.
Sebaliknya,
pada tahun 2010-2012 gaya pacaran sudah begitu berbeda dengan tahun 2007-2009.
Gaya pacaran pada tahun 2010-2012 sudah sangat parah di kalangan remaja,
terutama di daerah kabupaten Ponorogo. Pandangan pacaran pada tahun 2007-2009
adalah Pacaran itu ya ada ikatan, ada komitmen, bisa saling mengerti dan
memahami serta tidak aneh-aneh dalam melakukan hubungan dengan jenis, sebab
pacaran ialah ikatan yang tidak sah secara agama, jadi di dalam menjalin
hubungan dengan lawan jenis ada batasan-batasannya, tidak ada kebebasan mutlak
dalam menjalin hubungan itu (Eko, Jum’at 16 November 2012). Tetapi cara pandang
berpacaran remaja telah berkembang ke fase yang berbeda, lebih condong ke
pandangan buruk terhadap pasangan. Dalam konteks ini, pacaran telah condong ke
arah kontak fisik (gaya pacaran remaja tahun 2010-2012). Padahal remaja dulu,
pacaran dalam hal kontak fisik begitu tabu dilakukan, tapi sekarang sudah
menjadi pandangan yang biasa di kalangan remaja kita. Kontak fisik yang dulu
dianggap tabu tetapi sudah dianggap biasa oleh kalangan remaja adalah pegangan
tangan, ciuman, berduaan di tempat sepi dan bahkan melakukan hal-hal yang tidak
senonoh atau tidak seharusnya dilakukan oleh golongan seumuran mereka
(berhubungan intim). Malah berkembang suatu paradigma di kalangan remaja zaman
sekarang bahwa apabila pacaran tidak melakukan hal-hal seperti itu (pegangan
tangan, ciuman, melakukan hubungan intim) tidak modern, tidak gaul. Apabila
dalam suatu hubungan tidak melakukan hal tersebut, maka dalam hubungan tersebut
tidak harmonis dan pasangan dianggap tidak menyayangi salah satu pasangannya
(Tata, Kamis 15 November 2012). Suatu pandangan yang rusak dan tidak
bertanggung jawab namun pandangan seperti itu sudah dijadikan acuan/standar
oleh remaja dewasa ini. Pandangan tersebut telah menjadi pemicu akan adanya
fenomena hamil di luar nikah, aborsi serta hal-hal buruk lainnya di kalangan
remaja. Hal tersebut akan mengakibatkan rentetan masalah yang berkelanjutan.
Apakah seperti itu pandangan yang baik dalam menjalin suatu hubungan dengan
lawan jenis (pacaran) yang benar? Apakah perasaan sayang harus dinilai dengan
kontak fisik seperti itu? Pandangan yang berkembang di kalangan remaja yang berefek
buruk seharusnya dirubah supaya tidak terjadi hal-hal yang merugikan antar pasangan.
Yang merombak pemikiran yang buruk tersebut seharusnya ya mereka (remaja)
sendiri.
Gaya
pacaran remaja sekarang sungguh tidak bermoral dan tidak pantas untuk
dikonsumsi oleh kalangan manusia seumuran mereka. Gaya pacaran mereka telah
condong ke arah pacaran yang tidak sehat dan bermuatan nilai negatif. Pakaian
remaja sekarang sudah sangat terpengaruh dengan budaya asing, remaja kita
terutama pada pihak putri lebih suka menggunakan busana minim (tanktop, kaos transparan, hot pen, bokser,
kaos ketat atau celana pensil dan lain sebagainya) dengan alasan tren
sekarang tanpa memahami efek yang ditimbulkan di dalam gaya pacaran remaja
sekarang (Tata, Kamis 15 November 2012). Dalam konteks ini, apabila remaja
berpacaran dan pasangan putri memakai busana minim, kemungkinan adanya pacaran
yang tidak sehat terjadi, sebab dengan pasangan yang memakai busana minim memicu
pikiran-pikiran kotor terhadap lawan jenis. Seharusnya di dalam pacaran, remaja
menggunakan busana yang sepantasnya saja, jangan memakai busana yang minim guna
menghindari adanya perbuatan mesum.
Konsumsi
besar terhadap adanya film porno menjadi salah satu pemicu adanya perbuatan
mesum di kalangan remaja kita. Film porno benar-benar besar pengaruhnya
terhadap psikis remaja (Eko, Jum’at 16 November 2012). Sebab masa remaja tidak
punya pemikiran atau orientasi ke belakang dalam melakukan sesuatu hal pada
umumnya, tanpa kecuali dalam soal berpacaran. Pendidikan agama yang cukup akan
mampu menjadi tameng remaja untuk tidak mengkonsumsi hal-hal buruk yang
mengganggu perkembangan mereka.
Menjamurnya
warnet-warnet dan kafe-kafe menjadi tempat yang pas buat kalangan remaja untuk
melakukan tindakan mesum. Sebab dalam gaya pacaran sekarang, kalangan remaja
lebih suka berpacaran di warnet dan kafe. Menurut mereka gaya pacaran di tempat
itu sedang menjadi tren sehingga kalangan remaja banyak yang meniru berpacaran
di warnet dan kafe (Tata, Kamis 15 November 2012). Untuk menanggulangi adanya
pacaran di warnet dan kafe seharusnya pihak kepolisian rutin melakukan
penggrebekan di tempat itu guna merazia remaja yang melakukan pacaran dalam
tingkat parah (mesum). Pihak pengelola sendiri seharusnya punya aturan tertentu
supaya remaja yang akan berpacaran di tempatnya menjadi berpikir dua kali untuk
menggunakan warnet dan kafe.
Teman-teman
yang berkelakuan buruk juga akan mempengaruhi sikap temannya untuk melakukan
perbuatan yang buruk pula. Jadi memang benar, apabila kita berteman dengan
orang yang tidak baik, kita juga akan terpengaruh menjadi tidak baik pula.
Dalam konteks sekarang ini, apabila seorang teman belum pernah melakukan apa-apa
dengan pacarnya, sedangkan temannya sudah pernah melakukan hal-hal yang menjadi
tren gaya pacaran sekarang (ciuman,
petting, making love), maka teman-teman yang sudah pernah melakukan hal
yang aneh-aneh dengan pacarnya akan mempengaruhi temannya untuk melakukan hal
yang aneh pula dalam berpacaran. Teman yang tidak baik akan mengajari temannya
untuk melakukan pacaran yang tidak sehat. Jadi dalam masalah ini, kita
seharusnya pandai memilih teman yang baik, supaya teman yang baik tersebut
memberi pengaruh yang baik pula kepada remaja lainnya dan dapat melakukan gaya
pacaran yang sehat.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari
pembahasan dalam uraian di atas kami mencoba mengungkapkan adanya fenomena
perubahan gaya pacaran yang berubah drastis pada kurun waktu 2007-2012. Perubahan-perubahan
tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktornya adalah pandangan remaja
dalam mengartikan arti pacaran, busana/pakaian remaja yang minim, beredarnya
film porno/bokep di kalangan remaja, menjamurnya warnet dan kafe serta pengaruh
dari teman. Pengaruh dari faktor tadi menyebabkan perubahan gaya pacaran yang
lebih mengutamakan kontak fisik (ciuman,
petting, making love). Selanjutnya akan kita lihat perbedaan gaya pacaran
tahun 2007-2009 dengan gaya pacaran dari tahun 2010-2012.
·
Gaya pacaran lebih mengutamakan
kebahagiaan pasangan, pacaran tidak diartikan sebagai kontak fisik dan tuntutan
akan hal-hal mesum nyaris belum ada (tahun 2007-2009)
·
Gaya pacaran lebih mengutamakan konsep
kontak fisik seperti ciuman, petting,
making love dan lain sebagainya (tahun 2010-2012).
·
Busana yang dikenakan remaja masih
pantas dan sopan serta tidak aneh-aneh, tidak terlalu mengikuti tren yang
sedang booming. (tahun 2007-2009).
·
Busana yang dikenakan bertumpu pada mode
yang lagi tren, mode yang diterapkan sebagai gaya hidup fashion lebih condong menimbulkan dampak yang negatif (tahun
2010-2012).
·
Film porno belum terlalu beredar (tahun
2007-2009).
·
Film porno sudah berkembang di kalangan
remaja dan sudah menjadi konsumsi yang menjadi candu (tahun 2010-2012).
·
Warnet dan kafe belum terlalu menjamur,
sehingga pacaran di warnet dan di kafe belum menjadi tren di kalangan remaja
(tahun 2007-2009).
·
Warnet dan kafe telah menjamur dan
pacaran di tempat tersebut telah menjadi tren yang sedang digemari oleh para
remaja (tahun 2010-2012).
·
Pengaruh teman belum terlalu signifikan
dalam mempengaruhi gaya pacaran (2007-2009).
·
Pengaruh teman telah begitu signifikan
dalam gaya pacaran remaja (tahun 2010-2012).
Dapat dikatakan bahwa
pada tahun 2010-2012 gaya pacaran remaja telah menuju ke dalam proses
kemerosotan moral yang tidak. Gaya pacaran yang tidak sehat yang sedang menjadi
tren telah mengakibatkan hal-hal buruk di dalam dunia remaja, seperti seks
bebas/free sex akan menimbulkan hamil di luar nikah, pernikahan di usia muda,
tingkat aborsi yang cukup tinggi dan lain sebagainya.
B. SARAN
Dari kesimpulan di
atas, seharusnya gaya pacaran yang tidak sehat di kalangan remaja harus
dicegah, karena hal tersebut menimbulkan akibat-akibat yang merugikan remaja
baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Sebagai upaya pencegahan
terhadap gaya pacaran yang tidak sehat, dapat disarankan hal-hal sebagai
berikut :
·
Diadakan sosialisasi kepada remaja di
sekolah-sekolah bahwa pacaran itu tidak seharusnya diartikan sebagai wadah
untuk mengeksplorasi nafsu kepada lawan jenis/kontak fisik baik langsung maupun
tidak langsung.
·
Penyuluhan terhadap usaha warnet dan
kafe serta adanya sanksi tegas kepada pengusaha warnet dan kafe apabila terjadi
praktek penyediaan tempat mesum oleh pihak kepolisian.
·
Perhatian lebih dari orang tua kepada
putra-putrinya dalam melihat situasi sosial yang sedang terjadi di kalangan
remaja (menegur putrinya apabila mengenakan busana minim).
·
Memilih teman yang baik, sebab apabila
remaja memiliki teman yang baik persentase untuk terjerumus ke gaya pacaran
tidak sehat lebih sedikit.
·
Pembekalan agama yang cukup bagi remaja
itu perlu diberikan agar menjadi tameng yang kuat di dalam dirinya supaya tidak
terjerumus ke gaya pacaran yang lebih menonjol sisi negatifnya.
C. DAFTAR RUJUKAN
Hurlock
Elizabeth, B. 1992. Psikologi
Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
DeGenova Kay, M. & Rice Philip, F. 2005. Intimate Relationship, Marriage and Families.
Boston: McGraw-Hill.
Walgito, B. 1978. Kenakalan Anak (Juvenile Delinquency). Yogyakarta: UGM Press.
Carapedia.com/pengertian_gaya_hidup_menurut_kbbi_info1832.html
1.
WAWANCARA I
Kamis 15 November 2012 pukul 09.30 WIB, peneliti
melakukan wawancara dengan seorang siswi salah satu SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan) ternama di kabupaten Ponorogo.
Peneliti : Selamat
siang mbak, apakah ada waktu luang?
Tata : Selamat siang
mas, ada kok, kenapa ya mas? Ada apa ya?
Peneliti : Saya ingin melakukan wawancara dengan
mbak, apakah mbak berkenan?
Tata : Boleh mas.
Peneliti : Nama mbak
siapa dan kelas berapa?
Tata : Nama saya Tata,
aku kelas XI.
Peneliti : Apakah mbak
sudah punya pacar?
Tata : Sudah
Peneliti : Apakah pacar
mbak dari sekolah ini juga?
Tata : Bukan mas, pacar
saya dari sekolah lain.
Peneliti : Menurut
mbak, apa sih definisi pacaran menurut versi mbak?
Tata : Pacaran itu ya ada ikatan, ada komitmen,
selanjutnya ya dijalani aja mas. Going
the flow.
Peneliti : Apakah dalam hubungan pacaran mbak ada
tuntutan-tuntutan tertentu?
Tata : Ya pasti adalah
mas.
Peneliti : Dalam
berpacaran sudah pernahkah terjadi kontak fisik?
Tata : Kontak fisik
yang bagaimana maksudnya mas?
Peneliti : Seperti
pegangan tangan, ciuman dan sebagainya?
Tata : Ya sudahlah mas.
Hari gini gitu lo.
Peneliti : Sejauh mana mbak kontak fisik yang mbak
lakukan dengan pacar mbak?
Tata : Kontak fisik
yang begituan to mas maksudnya?
Peneliti : Iya mbak.
Tata : Saya sudah melakukan hal-hal yang umum
dilakukan oleh remaja seusia aku.
Peneliti : Seperti apa
mbak?
Tata : Ya ciuman di pipi, di kening, di bibir, petting (menyedot puting payudara)
bahkan ml/making love (berhubungan
badan).
Peneliti : Apakah dalam
berpacaran harus seperti itu ya mbak?
Tata : Iyalah mas, itu tuntutan dari cowok aku,
kalau tidak aku turutin maka hubunganku sama dia tidak harmonis dan nanti aku
dianggap tidak sayang sama cowokku mas.
Peneliti : Mbak
melakukan hal seperti itu atas tuntutan sayang?
Tata : Iya mas, lagian itu juga sudah wajar kok,
teman-temanku juga begitu semua kok sama cowoknya,
Peneliti : Apakah mbak tidak merasa dirugikan atau
menyesal melakukan hal seperti itu?
Tata : Tidak menyesal kok, biasa aja mas. Lagian aku
juga sayang banget sama dia. Wajar aja kalau aku nurutin apa maunya dia.
Peneliti : Apa mbak tidak takut kalau melakukan
hal-hal tadi bisa menyebabkan dampak buruk dalam diri mbak sendiri dan buat
cowok mbak?
Tata : Takut sih mas,
tapi mau bagaimana lagi.
Peneliti : Apakah menurut mbak pacaran yang mbak
lakukan dengan pacar mbak sudah baik?
Tata : Ya enggak sih mas. Hehehehe. Namanya juga
anak muda mas. Maklum dong. Zaman gini kalau tidak melakukan pacaran seperti
tidak gaul mas.
Peneliti : Ow, begitu ya
mbak.
Tata : Ya iyalah mas.
Peneliti : Dalam melakukan hal-hal tersebut dengan
cowok mbak, biasanya di rumah apa dimana mbak?
Tata : Biasanya di
warnet mas atau nggak ya di kafe.
Peneliti : Di warnet
atau di kafe mbak? Apa nggak malu?
Tata : Nggak mas. Banyak kok remaja lainnya yang
pacaran di warnet dan dan kafe.
Peneliti : Soal busana yang lagi booming/tren di
kalangan remaja di Ponorogo apa aja mbak?
Tata : Hmmm, kaos
transparan, hot pen, celana pensil dan kaos ketat, bokser, tanktop dan
lainnya mas.
Peneliti : Apakah mbak juga mengikuti tren mode
pakaian yang lagi booming itu?
Tata : Ya iyalah mas, secara aku kan masih muda.
Kalau nggak ngikutin yang lagi tren, bisa-bisa aku dibilang nggak gaul ama
temen-temenku mas.
Peneliti : Terima kasih ya mbak buat waktunya dan
kesediaannya untuk diwawancarai.
Tata : Ya mas. Nyantai
aja.
2.
WAWANCARA II
Jum’at 16 November 2012 pukul 13.00 WIB, peneliti
melakukan wawancara dengan Mas Eko seorang lulusan Sekolah Menengah Atas Negeri
(SMAN) ternama di kabupaten Ponorogo tahun 2007.
Peneliti : Selamat
siang mas, boleh saya mengganggu sebentar?
Eko : Selamat siang.
Boleh mas.
Peneliti : Bolehkah
saya mewawancarai mas?
Eko : Boleh. Wawancara
tentang hal apa ya mas?
Peneliti : Soal pacaran
mas.
Eko : Ow. Hehehehe. Ya
ya mas. Silahkan.
Peneliti : Menurut
versi mas, apa sih definisi pacaran itu?
Eko : Pacaran itu ya ada ikatan, ada komitmen, bisa
saling mengerti dan memahami serta tidak aneh-aneh dalam melakukan hubungan
dengan jenis, sebab pacaran ialah ikatan yang tidak sah secara agama, jadi di
dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis ada batasan-batasannya, tidak ada
kebebasan mutlak dalam menjalin hubungan itu.
Peneliti : Begitu ya mas. Jadi pada waktu mas
pacaran di tahun 2007-2009 pandangan seperti itu yang berkembang. Apakah
seperti itu mas?
Eko : Ya mayoritas seperti itu paradigma yang
berkembang di kalangan remaja seumuran saya pada waktu itu mas.
Peneliti : Menurut mas, gaya pacaran remaja sekarang
tahun 2010-2012 bagaimana mas?
Eko : Wah, sudah parah mas. Zaman saya sekolah dulu
saja nggak gitu-gitu amat pacarannya.
Peneliti :
Malah pada tahun 2010-2012, paradigma yang berkembang di kalangan remaja
dalam gaya pacaran adalah kalau pacaran tidak ciuman dan making love (berhubungan badan) bukan pacaran namanya. Bagaimana
tanggapan mas soal masalah ini?
Eko : Ya benar-benar parah mas pandangan dan moral
remaja kita sekarang. Pacaran jangan diartikan hanya sebagai wadah untuk mengeksplorasi nafsu, pacaran tidak
untuk kontak fisik. Pemikiran remaja kita sungguh dangkal dalam definisi dan
maksud dari pacaran itu sendiri. Mereka hanya meniru kebudayaan barat, lagian
mereka juga masih ababil (abg labil),
mudah tergoda, terpengaruh dan ingin melakukan hal-hal baru yang mereka anggap
asing di dalam hidup mereka. Gaya pacaran remaja sekarang (tahun 2010-2012)
sudah sangat berbeda dengan zaman saya, pacaran mereka hanya monoton untuk
kontak fisik saja (ciuman, making love,
petting, cupang), pacaran mereka benar-benar lebih banyak menimbulkan
hal-hal negatif dan tidak sehat gaya pacaran mereka. Padahal pada waktu saya
masih sekolah dulu, masih SMA (tahun2007-2009) hal-hal yang mereka lakukan,
jarang dilakukan oleh kami, sebab hal-hal seperti itu masih tabu mas. Kami juga
takut terhadap efek yang ditimbulkan apabila melakukan hal-hal seperti itu.
Peneliti : Menurut
pemikiran mas sendiri, pacaran yang sehat itu seperti apa?
Eko : Pacaran yang sehat itu ya yang membangun mas,
pacaran itu menurut yang saya alami itu untuk mendongkrak prestasi di sekolah
dan mematangkan pemikiran kita sebagai manusia.
Peneliti : Dalam survei yang dilakukan oleh Lembaga
Sosial dan Dinas Kesehatan di kabupaten Ponorogo, pada tahun 2010-2012 remaja
di tingkat SMA/SMK/MA 80% lebih sudah tidak perawan. Bagaimana mas pendapat
anda soal keperawanan di masa mas masih sekolah dulu dan pada masa sekarang?
Eko : Masalah keperawanan di waktu saya masih
sekolah dulu masih banyak yang menjunjung tinggi, sebab hal tersebut begitu
sensitif buat perempuan. Tapi pada zaman sekarang, masalah keperawan tidak
terlalu penting menurutku, sebab pandangan mereka (remaja) telah terpengaruh
kebudayaan barat/luar. Label sudah tidak perawan sudah dianggap lumrah atau
wajar pada zaman sekarang. Padahal zaman dulu ketika saya masih sekolah,
apabila ada remaja yang ketahuan sudah tidak perawan, maka teman-teman lain
akan mengucilkan remaja tersebut dan remaja tersebut akan terganggu psikisnya
(bahkan sampai ada yang keluar sekolah sebab tidak kuat terhadap hukuman oleh
teman-temannya). Tetapi remaja sekarang apabila ketahuan sudah tidak perawan,
remaja tersebut nyantai-nyantai aja, temannya juga tidak ada yang
mengucilkannya, sebab remaja yang lain juga banyak yang sudah tidak perawan.
Pada zaman sekarang masalah keperawanan tidak terlalu dinilai dan dihargai,
pada zaman saya masih dihargai, begitu dihargai mas.
Peneliti : Jadi bisa dikatakan bahwa gaya pacaran
yang tidak sehat menimbulkan efek-efek buruk terhadap sikap remaja, begitu mas?
Eko : Ya mas, sebagian besar memang begitu
kenyataannya, itu sudah menjadi realita di kalangan remaja. Pacaran yang tidak
sehat dengan melakukan kegiatan mesum sudah menjadi konsumsi buruk remaja zaman
sekarang.
Peneliti : Akhir-akhir ini, menurut pengamatan saya,
para remaja dalam berpacaran lebih condong menggunakan tempat seperti warnet
dan kafe, bagaimana tanggapan mas dalam masalah ini?
Eko : Dalam masalah tersebut, sepertinya gaya
pacaran di warnet dan di kafe mungkin sedang menjadi tren di kalangan remaja.
Soal pacaran di warnet dan di kafe, seolah-olah yang punya warnet dan kafe
menyediakan jasa dan memberi kesempatan kepada mereka melakukan perbuatan mesum
di tempat usahanya.
Peneliti : Soal peredaran film porno di kalangan
remaja, apakah hal tersebut juga menjadi salah faktor penyebab adanya perubahan
gaya pacaran yang tidak sehat?
Eko : Film porno yang beredar di kalangan remaja
juga menjadi faktor yang mengubah cara pandang mereka dalam berhubungan dengan
lawan jenis (pacaran). Dalam benak mereka ingin meniru adegan mesum dalam film
porno dengan pasangan mereka. Mereka hanya menuruti nafsu dan tidak mempunyai
pikiran akan konsekwensi yang ditimbulkan dari perbuatan tersebut. Film porno
benar-benar menjajah remaja zaman sekarang dan memberikan dampak psikis yang
buruk.
Peneliti : Menurut mas, bagaimana cara
penanggulangan atas fenomena di kalangan remaja yang sudah rusak dalam gaya
pacaran yang condong ke arah tidak sehat?
Eko : Ya seharusnya para remaja diberi pendidikan
agama yang kuat, diberi pendidikan seks yang cukup dan para orang tua memberi
perhatian lebih kepada anaknya agar mereka para remaja tidak melakukan pacaran
yang aneh-aneh.
Peneliti : Terima kasih
banyak mas atas waktu luangnya.
Eko : Sama-sama mas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar